5 Binatang Sangat Sangat jarang yang Hidup di Papua

Indonesia ialah negara yang kaya. Tidak cuma sumber alamnya, namun pula keanekaragaman hewan. Bersumber pada penemuan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia( LIPI), Indonesia ialah rumah untuk 10 persen tipe binatang yang terdapat di dunia. Mulai dari amfibi, reptil, sampai mamalia.

Salah satu daerah penyumbang keragaman binatang merupakan Papua. Hingga dengan 2019, LIPI mencatat sebanyak 241 spesies mamalia ditemui di Papua. Tidak hanya itu, terdapat pula spesies baru, semacam Katak Pinokio ataupun Litoria pinocchio. Hewan tersebut ialah endemik Papua.

Walaupun begitu, beberapa binatang di Papua mulai terancam populasinya sebab sebagian aspek. Semacam hilangnya keragaman genetika, laju kematian spesies yang besar, dan pergantian area sebab pembakaran lahan serta pergantian hawa. Departemen Area Hidup serta Kehutanan bekerja sama dengan LIPI merilis beberapa binatang di Papua yang keberadaannya terancam serta masuk dalam catatan yang wajib dilindungi( 2019). Berikut merupakan catatan spesiesnya sangat jarang beserta ciri- cirinya.

Labi- labi Moncong babi( pig- nosed turtle)


Kura- kura ini hidup di Papua bagian selatan. Tercantum di Papua Nugini, serta Australia bagian Utara. LIPI mengklasifikasikan hewan ini dengan status‘ endangered’( EN), ataupun lagi mengarah kepunahan.

Di Papua, pada masa 1990- an, total telur Labi- labi Moncong Babi berkisar antara 1, 5 sampai 2 juta butir. Bersumber pada catatan lembaga konservasi internasional, International Union for Conservation of Nature( IUCN), populasi kura- kura ini turun sampai 57 persen dalam kurun waktu 1980- 2010.

5 Binatang Sangat Sangat jarang yang Hidup di Papua


Hewan dengan nama ilmiah Carettochelys insculpta ini mempunyai identitas spesial. Semacam wujud tempurung yang bundar dengan tepi bergerigi pada dikala kanak- kanak. Gerigi tersebut hendak lenyap kala menggapai umur berusia. Sedangkan itu, kaki bagian depan serta balik mempunyai selaput yang mirip dengan penyu. Yang jadi karakteristik khas dari kura- kura ini merupakan wujud ujung moncongnya yang mirip dengan moncong babi dengan lubang hidung besar.

Bondol Arfak


Semacam namanya, burung ini menghuni di Gunung Arfak, Papua Barat serta Semenanjung Vogelkop yang terletak di bagian barat Papua Barat. Status burung kicau ini merupakan vulnerable( VU). Maksudnya, terdapat gejala burung ini hendak punah di alam liar. Secara global, populasi ini tidak lebih dari 10 ribu ekor. IUCN memperkirakan, Bondol Arfak berjumlah 2, 5 ribu sampai 9, 9 ribu ekor. Buat spesies yang berusia berkisar antara 1, 5- 1, 7 ribu ekor.

Secara raga, Bondol Arfak ini mempunyai panjang 10 cm. Corak dari bagian dahi, dagu, serta sebagian besar wajah didominasi oleh corak putih. Sedangkan itu, corak kepala, tengkuk, serta kerongkongan lebih ke abu- abu. Corak bola matanya cokelat tua, dengan paruh abu- abu. Buat ekor serta bulunya lebih didominasi corak cokelat kehitaman dengan pinggiran kuning. Sedangkan di bagian perut, corak bulunya merupakan kayu manis. LIPI menyebut, tidak terdapat perbandingan corak antara spesies jantan serta betina.

Cendrawasih elok


Salah satu spesies burung Cendrawasih yang hendak punah merupakan Cendrawasih Elok. Dibanding dengan Cendrawasih yang yang lain, burung ini didominasi oleh corak gelap serta kuning. Karakteristik khas dari hewan ini merupakan gelambir besar yang bercorak kuning- oranye. Corak tersebut mirip di bagian pinggiran sayapnya.

Secara raga, Cendrawasih elok jantan serta betina mempunyai perbandingan. Buat yang jantan, panjang badannya dekat 40 cm. Sedangkan panjang buat betina bermacam- macam, antara 35- 40 cm. Buat berat tubuh, lebih berbobot Cendrawasih elok jantan, dekat 242- 357 gr. Sedangkan buat betinanya cuma berkisar antara 190 sampai 230 gr. Jumlah populasi cendrawasih ini berkisar antara 1, 5 ribu sampai 9, 999 buat jenis berusia.

Kuskus scham- scham( Waigeo Cuscus)


Hewan mamalia ini mempunyai corak yang khas dibanding dengan kuskus yang lain. Di bagian badannya ada bercak gelap dengan pola yang tidak jelas. Buat pupil matanya mempunyai celah vertikal dengan bola mata bercorak merah.

Baik jantan serta betina, berat tubuh kuskus ini menggapai 2, 65 kg. Buat panjangnya berkisar 497- 560 mm( jantan) serta 472 mm( betina). Buat panjang ekor kuskus jantan berkisar 492- 555 mm serta yang betina 476 mm. Hewan tipe ini dapat ditemui di Waigeo, Raja Ampat, serta sebagian besar Papua Barat. IUCN mencatat hewan ini ialah endemik di Pulau Waigeo, walaupun tidak terdapat perhitungan jumlah populasi totalitas.

Dingiso


Pada September 2016, petugas di Halaman Nasional Lorentz, Nabire, memandang hewan endemik sekalian sangat jarang, Dingiso. Dalam bahasa lokal, Dingiso maksudnya fauna sakral. Suku Moni yakin kalau Dingiso ialah leluhur mereka. Hewan ini ditemui di ketinggian 3. 200- 3. 400 mdpl di kawasan Lorentz. Karakteristik utamanya merupakan panjang kepala berkisar antara 52- 81 cm, panjang ekor 40- 94 cm, dengan berat antara 6, 5- 14, 5 kg.

Dingiso hidup di zona pepohonan serta aktif baik siang ataupun malam hari. Secara sekilas, style berjalannya mirip dengan kanguru tumbuhan. IUCN mencatat hewan ini sangat sulit buat ditemui. Walaupun begitu, belum terdapat data total totalitas spesies ini.